Tidak Sempurna
- Bapak
- Mar 5, 2016
- 2 min read
Kemarin ketiga kepompong yang berasal dari ulat Rektorat Depok, karena kami menjemput mereka dari semak-semak rektorat UI Depok, menetas. Dua diantaranya menghasilkan kupu-kupu yang tidak sempurna sayapnya.

Keduanya memiliki sayap yang tergulung layaknya kertas tisu habis pakai, membulat layaknya bola kertas. Ini adalah kejadian kedua (dan ketiga) di Hotel Ulat Sigi. Selidik punya selidik ternyata ada beberasa penyebab dari tidak sempurnanya kupu-kupu.
Penyebab pertama, kemungkinan besar akibat kupu-kupu terjatuh ketika keluar dari kepompong. Biasanya kupu kupu menetas, keluar dari kepompong dalam keadaan sayap yang basah dan mengkerut, karena kurangnya ruang dalam kepompong. Mereka biasanya akan hinggap dalam posisi terbalik, untuk mengencangkan sayap dan membuat aliran dara mengalir kearah sayap. Hingga sayapnya mengeras dan siap untuk terbang.

Kupu kupu yang terjatuh dari tempat ia menetas biasanya mengalami kerusakan pada sayapnya, ingat, sayap kupu-kupu sangatlah halus dan rapuh...
Penyebab kedua, keluar dari kepompong dengan kondisi sayap yang belum 100% sempurna. Kami pernah mendapati tamu kami yang sayapnya belum siap terbang, dan kami pindahkan ke ruangan isolasi, supaya bisa tenang menguatkan diri tanpa diganggu tamu lainnya. Setelah kuat dan siap terbang, kami lepaskan tentunya...
Penyebab ketiga, kepompong banyak terusik, baik oleh tamu lainnya, maupun dari gangguan lainnya... Ini mungkin yang terjadi pada Spike dan Spiko. Spike dan Spike melalui fase pupanya dengan menepel pada tutup kandang kami. Sehingga kemungkinan besar, walaupun kami sudah ekstra hati-hati ketika membersihkan kandang/Hotel, mereka terusik oleh aktivitas buka tutup hotel. Belum lagi gangguan-gangguan yang sering mereka dapat dari tamu hotel lainnya.

Kepompong pada fase awal yang masih empuk, belum mengeras, pada jam-jam awal fase pupa, jika tersentuh atau terkena benda eksternal, seperti ranting misalnya, akan mudah rusak/cacat, yang akan berdampak pada fisik kupu-kupu nantinya, bahkan berujung kematian/kegagalan dalam mencapi fase akhir.

Dalam kasus Spike dan Spiko, salah satu dari mereka sering mendapatkan gangguan dari ulat lainnya, karena posisi kepompong mereka berdua masuk dalam jalur perlintasan ulat-ulat lainnya yang masih dalam fase larva. Kaki-kaki tamu penganggu ini berpotensi melubangi kepompong sehingga cairan hemolimfa, darah kalau di manusia, merembes keluar melalui lubang lubang tersebut, sehingga mengagalkan proses metamorfosis dalam fase pupa ini.

Kami sempat berusaha membuatkan jembatan khusus sebagai jalur alternatif perlintasan, tetapi hanya berhasil untuk beberapa jam. Dan setelah menunggu lebih dari satu bulan lamanya, akhirnya kami simpulkan kalau tamu tamu kami ini telah gagal menjadi kupu kupu.
Penyebab keempat, terkena parasit Ophryocystis Elektroscirrha (OE). Organisme bersel tunggal ini membutuhkan tempat untuk menumpang hidup dan bertumbuh kembang. Kupu-kupu yang terjangkiti oleh parasit ini biasanya terlalu lemah untuk menetas sempurna dari kepompongnya.
Saking lemahnya, mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengembangkan sayapnya secara sempurna, sehingga sayap tetap dalam keadaan terlipat.


Ini yang kami dapati oleh tamu yang berasal dari rektorat Depok, kami temukan sudah tergeletak di dasar hotel kami. Salah satu ciri dari kupu kupu yang terjangkiti OE adalah ukuran sayap yang lebih kecil daripada sayap kupu-kupu normal lainnya. Sayangnya tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan kupu-kupu yang terkena OE.
Comments