Gobi Bagian Pertama
- Bapak
- Feb 25, 2016
- 2 min read
Sekarang cerita ulat pertama yang pernah tinggal di Hotel Ulat Sigi...
Awal Januari yang lampau, Ibu dan Bapak kedatangan tamu dari London, yang mau melihat-lihat workshop Skoci. Setelah sempat ngobrol sana sini tentang suka duka menjadi pengerajin, Oom Joachim, yang ternyata hobi tanaman, pamit untuk melihat-lihat tanaman yang ada di kebun rumah kami, yang tentunya berbeda dengan tanaman yang ada di benua Eropa sana...

Setelah wara-wiri, kesana kemari, tiba-tiba Oom Joachim berhenti di depan pot bibit Kamboja Merah, dan menemukan seekor ulat keket gendut yang sedang asyik memakan daun-daun yang ada...

Langsung Oom Joachim memberitahu Bapak, penemuannya ini...Dan sibuklah Bapak dan Oom Joachim memotret si ulat gendut yang satu ini.
Karena dari dulu Bapak kepingin mengajarkan Sigi tentang proses metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu, dan dulu gagal karena ulat-ulatnya tanpa sengaja terpanggang Sigi, yang lupa menaruhnya kembali ke dalam rumah, alhasil terjemur di kebun, dan mati, akhirnya Bapak, dibantu oleh Oom Joachim, menangkap si ulat gendut ini...

Dan karena terusik, si gendut yang satu ini menampakan pola tubuhnya, yang menyerupai mata, untuk menakut-takuti kami berdua, dan lumayan sempat kaget juga melihatnya...
Dengan bantuan ranting, karena kami berdua takut melukai tubuhnya yang lunak, akhirnya berhasil dipaksa pindah ulat gendut ini dari daunnya. Berbekal botol plastik bekas kemasan air mineral yang ada di workshop, yang cepat-cepat kami beri lubang-lubang untuk udara, berpindah tempatlah sang ulat ke "rumah' barunya.

Oleh Sigi ulat gendut ini diberi nama Gobi, artinya apa entahlah...
Ukuran tubuhnya yang lumayan besar dan gempal membuat Sigi sayang sama si Gobi, hingga dibawanya kemana-mana, termasuk ke rumah Neneknya, yang geli kalau melihat ulat...

Untungnya di rumah Nenek, kami menemukan tabung plastik bekas kemasan cheese stick, yang jauh lebih besar dan lebih baik, sebagai kandang pengganti. Pindah rumahlah ulat ini...yay!
Tugas berikutnya adalah mencoba meyakinkan Ibu kalau memelihara ulat itu menyenangkan, karena seperti Nenek, Ibu juga geli kalau berhadapan dengan ulat. Nah kalau itu lebih tugasnya si anak, karena kalau Bapak pasti sudah di tolak mentah-mentah oleh Ibu.
Bangun pagi, yang dicari oleh Sigi adalah ulatnya ini, si Gobi, sibuk mengamati perilaku peliharaan barunya ini, dan bolak balik sibuk memanggil Ibunya, mengajaknya untuk ikut mengamati seperti dia.

Entah bagaimana caranya, mungkin karena si Ibu pada dasarnya penyayang binatang, sepertinya sang anak berhasil mengenalkan bagaimana menariknya, dan serunya, memelihara ulat...atau memang karena Gobi menggemaskan saja...
Walaupun sampai detik ini jangan harap Ibu sudah mau memegang ulat seperti kami berdua...
Commentaires